Bahagia ala Mba Puty Puar ini perlu saya abadikan! Banyak banget hal-hal yang doi tangkap dan jadi sesuatu yang fun untuk diingat kembali. Kalo mungkin kebanyakan orang membaca buku ini dari halaman pertama. Justru saya membacanya dari halaman terakhir. Kenapa? Dari judul bukunya Happiness is Homemade, saya yakin Mba Puty pasti mendefinisikan kebahagiaan versi doi…
Sumber: pixabay.com Teman-teman sudah pernah bertemu dengan kawan yang mengajarkan untuk merasa cukup? Atau sekali waktu seorang teman mengingatkanmu akan hebatnya kamu dengan segala yang telah kamu lewati? HA HA Saya rasanya, hmm belum pernah .. seingat saya pun tidak. Semakin dewasa, tentu saja banyak lingkungan yang mengajak kita melihat bahwa dunia memang gak seluas…
Sebuah pesan singkat dari seorang sahabat di pagi hari ini bikin gak ingin tidur lagi buat bantu jawab semampunya walaupun ujungnya tetep aja lanjut istirahat. “Bagaimana cara kita bisa bermakna untuk orang lain?” Mari kita ulang bersama.. “Bagaimana cara kita bisa bermakna untuk orang lain?” “Bagaimana cara kita bisa bermakna untuk orang lain?” Waduh,…
Dengan mengusung tema ‘Yang Muda Yang Bergelora Bersama Budi Warsito’, saya memutukan mengikuti kegiatan Pustakalana Books Club yang kali ini dilaksanakan di Kineruku. Tema yang diusung justru menjadi pemicu saya untuk kedua kalinya mengikuti acara yang rutin diadakan setiap bulannya ini. Tujuan saya mengikuti kembali books club, cukup simpel … yakni berharap gelora dalam diri…
Jangan lupa berhura-hura sehabis bekerja. Jangan lupa berbahagia selagi bekerja. Jangan lupa untuk bisa berlibur pun butuh biaya. Jangan lupa menjalani semua dengan menikmatinya. Setiap detik. Setiap langkah. Tanpa mengeluh. Kenapa ya, seorang pekerja khususnya saya sendiri membutuhkan liburan? Dalam KBBI libur diartikan begini: Libur/li·bur/ v bebas dari bekerja atau masuk sekolah. Dari 365 hari yang saya punya…
Sering kali .. kita gak mau membicarakan hal menyakitkan, distorsi, depresi, dan semacamnya. Sering kali kita hanya ingin melihat kebahagiaan tanpa pernah mau mendiskusikan hidup lewat kepedihan-kepedihan. Sering kali kita menganggapnya sebagai hal wajar, hal yang tak perlu bahasan panjang, hal yang lumrah. Ada yang merasa mengiyakan pernyataan di atas? Kemudian, coba kita baca pertanyaan…
Satu pagi bau tahi kambing dan sapi menusuk lubang hidung, saya genggam tangan Ibu setelah kami selesai menjalankan sholat. Tetapi ia menolaknya, justru tangannya lebih memilih untuk merapikan baju. Saya sempat berpikir beberapa detik, ini beneran ditolak atau hanya memang situasinya tidak memungkinkan. Setelah ia percaya diri dengan penampilannya, bergegas lah kaki ia langkahkan namun…